Alinea Atau Paragraf
A. Jenis Tulisan Dalam Laras Ilmiah
Dalam uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat disampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis(Soeseno, 1981: 1).
Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin, 1994: 378).
Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988: 15-16).
Dalam uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat disampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis(Soeseno, 1981: 1).
Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin, 1994: 378).
Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988: 15-16).
- Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau
menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
- Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan
tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung
sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang
jelas.
- Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah
direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
- Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman
dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
- Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan
pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
- Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya
ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing
pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh
memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya
tidak boleh bersifat emotif.
- Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada
akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh
penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum
alam yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara
sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran
dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.
Berdasarkan
uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya ilmiah memiliki
tiga ciri, yaitu :
- harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua
makna
- harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan
pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan
- harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.
Sumber : https://vianisilv.wordpress.com/2014/10/13/laras-bahasa/
B. Eksposisi,
Argumentasi, Narasi, Deskriptif
Paragraf
Eksposisi
adalah paragraf
yang bertujuan memaparkan sebuah sejumlah informasi atau pengetahuan agar
pambaca dapat menambah informasi atau pengetahuan.
Contoh Paragraf Eksposisi:
Parangtritis adalah nama desa di kecamatan Kretek,
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di desa ini terdapat pantai Samudera Hindia
yang terletak kurang lebih 25 km sebelah selatan kota Yogyakarta. Parangtritis
merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai
lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Parangtritis mempunyai
keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain
ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir yang tinggi di sekitar pantai,
gunung pasir tersebut biasa disebut gumuk. Objek wisata ini sudah dikelola oleh
pihak pemda Bantul dengan cukup baik, mulai dari fasilitas penginapan maupun
pasar yang menjajakan souvenir khas Parangtritis. Selain itu ada pemandian yang
disebut parang wedang konon air di pemandian dapat menyembuhkan berbagai macam
penyakit diantaranya penyakit kulit, air dari pemandian tersebut mengandung
belerang yang berasal dari pengunungan di lokasi tersebut. Air panas dari
parang wedang dialirkan ke pantai parangtritis untuk bilas setelah bermain
pasir dan juga mengairi kolam kecil bermain anak-anak. Di Parangtritis ada juga
ATV, kereta kuda & kuda yang dapat disewa untuk menyusuri pantai dari timur
ke barat. selain itu juga parangtritis sebagai tempat untuk olahraga
udara/aeromodeling.
Paragraf Argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk mengemukakan contoh, asalan,
bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan dengan tujuan meyakinkan pembaca sehingga
pembaca membenarkan sikap, pernyataan, dan keyakinan kita.
Contoh Paragraf Argumentasi :
Pantai Parangtritis memang memiki keindahan eksotis yang membuat
wisatawan ramai berkunjung, tetapi juga sering menelan korban. Yang
disayangkan, sebagian masyarakat Indonesia masih saja menganggap peristiwa
tersebut berkaitan dengan hal-hal mistis, yakni dikarenakan Ratu Pantai Selatan
meminta tumbal. Padahal, ada penjelasan ilmiah di balik musibah tersebut. Para
praktisi ilmu kebumian menegaskan bahwa penyebab utama hilangnya sejumlah
wisatawan di Pantai Parangtritis, Bantul, adalah akibat terseret rip current.
Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer per jam, arus balik tidak hanya kuat,
tetapi juga mematikan. Jadi, banyaknya korban tenggelam tidak ada kaitannya
sama sekali dengan anggapan para masyarakat. Ali Susanto, Komandan SAR Pantai
Parangtritis, juga menambahkan bahwa disepanjang Pantai Parangtritis juga
banyak terdapat palung (pusaran air) yang tempatnya selalu berpindah-pindah dan
sulit diprediksi. Kondisi inilah yang sering banyak menimbulkan korban mati
tenggelam.
Paragraf
Narasi
ialah paragraf yang
bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca
seolah-olah mengalami kejadian tersebut.
Contoh Paragraf Narasi :
Tepat ketika tanggal 10 Maret, sekolahku libur selama
sembilan hari dan akan berakhir pada tanggal 18 Maret. Aku dan seluruh
keluargaku tidak menyia-nyiakan waktu ini untuk mengadakan liburan keluarga.
Ketika itu aku memilih berlibur ke Pantai Parangtritis. Pagi-pagi aku telah
berbenah dan menyiapkan semua perbekalan yang nantinya diperlukan. Sepanjang perjalanan,
aku iringi dengan nyanyian lagu riang. Betapa senangnya aku ketika sampai di
pantai tersebut. Dengan hati suka ria, aku sambut Pantai Parangtritis dengan
senyumku. Pantai Parangtritis, pantai nan elok yang menjadi favoritku. Tanpa
menyia-nyiakan waktu, aku mengajak kakakku untuk bermain air. Kuambil air dan
aku ayunkan ke mukanya. Dengan canda tawa, kami saling berbalasan. Puas
rasanya, terasa hilang semua kepenatan karena kesibukan tiap harinya. Di sana,
aku dan seluruh keluargaku saling berfoto-foto untuk mengabadikan momen yang
indah ini. Tak terasa waktu berjam-jam telah kuhabiskan disana. Hari pun mulai
sore menandakan perpisahan dan kembali pulang. Tak rela rasanya kebahagiaan ini
akhirnya selesai. Dalam benakku, aku kan kembali esok.
Paragraf
Deskriptif
adalah merupakan
paragraf yang bertujuan menggambarkan sebuah objek nyata agar pembaca
seolah-olah melihat sendiri objek yang di gambarkan itu.
Contoh Paragraf Deskriptif :
Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok
pantai Parang Tritis. Gelombang ombak bergulung-gulung datang silih berganti
menyambutku serasa ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir putih
lembut yang menghampar luas tanpa ada tumbuh-tumbuhan atau karang yang
menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Di sebelah kanan-kiri, aku bisa
memandang air laut sejauh mata memandang, pandai dengan bukit berbatu, pesisir
serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai. Kurasakan dingin
membasuh kakiku karena ombah menghempas kakiku dan terasa asin air itu ketika
bibirku terkena percikan. Sepanjang aku
berjalan, hampir pinggiran pantai dipenuhi oleh pengunjung wisatawan. Kulihat
ada yang berlari berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain bola, bermain dengan
air, berfoto-foto dengan latar sekitar pantai. Tapi yang paling membuatku
tertarik, kulihat ada beberapa turis manca negara yang menikmati keindahan
pantai ini dengan naik delman. Seperti apa yang aku lihat, pantai ini memang
sangat ramai pengunjung. Tak pernah sunyi pantai Parang Tritis.
C. Syarat
Pembentukan Paragraf
Suatu paragraf dianggap bermutu dan efektif apabila
mengkomunikasikan gagasan yang didukungnya, jika paragraf tersebut lengkap,
artinya mengandung pikiran utama dan pikiran penjelas. Di samping itu sama
halnya dengan kalimat, paragraf harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun
syarat-syarat tersebut antara lain :
1.
Kesatuan (Unity)
Yang dimaksud dengan kesatuan (unity) adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa suatu paragraf hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal (satu maksud). Maksud tungggal itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu.
Jadi kesatuan atau unity di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan.
Masalah mahasiswa di Indonesia umum sekali. Mereka kebanyakan sulit untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada studi mereka. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa yang kurang mampu. Para mahasiswa itu pun mencari pekerjaan. Oleh karena itu selama belajar mereka kadang-kadang terganggu oleh keadaan ekonomi.
Apabila paragraf di atas kita analisis, akan kita temukan.
Pikiran utama : masalah umum dalam dunia mahasiswa
Pikiran penjelas : sulit memusatkan perhatian berasal dari keluarga biasa terganggu oleh ekonomi
Unsur-unsur penunjang pada paragraf di atas benar-benar mendukung gagasan utama. Dengan kata lain, unsur-unsur penunjang paragraf tersebut membentu keksatuan ide (unity).
Yang dimaksud dengan kesatuan (unity) adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa suatu paragraf hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal (satu maksud). Maksud tungggal itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu.
Jadi kesatuan atau unity di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan.
Masalah mahasiswa di Indonesia umum sekali. Mereka kebanyakan sulit untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada studi mereka. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa yang kurang mampu. Para mahasiswa itu pun mencari pekerjaan. Oleh karena itu selama belajar mereka kadang-kadang terganggu oleh keadaan ekonomi.
Apabila paragraf di atas kita analisis, akan kita temukan.
Pikiran utama : masalah umum dalam dunia mahasiswa
Pikiran penjelas : sulit memusatkan perhatian berasal dari keluarga biasa terganggu oleh ekonomi
Unsur-unsur penunjang pada paragraf di atas benar-benar mendukung gagasan utama. Dengan kata lain, unsur-unsur penunjang paragraf tersebut membentu keksatuan ide (unity).
2.
Kepaduan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa adanya kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat atau kejanggalan yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya, atau tidak membingungkan bagi pembaca. Kepaduan bergantung dari penyusunan kalimat dan gagasan, sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antar bgaian-bagian tersebut. Jika sebuah paragraf tidak memliki kepaduan, maka pembaca seolah-olah hanya menghadapi suatu kelompok kalimat yang masing-masing berdiri dan tidak berhubungan dengan yang lain atau masing-masing dengan gagasannya sendiri dan bukan suatu uraian yang berhubungan.
Pendeknya suatu paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengn loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian yang tidak logis dan tidak lagi berpusat kepada pokok utama tadi.
Dengan demikian kalimat-kalimat dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat yang dapat berdiri sendiri. Kalimat-kalimat tersebut harus mempunyai hubungan timbal balik, artinya kalimat pertama berhubungan dengan kalimat kedua, kalimat kedua berhubungan dengan kalimat ketiga, demikian seterusnya. Koherensi suatu paragraf dapat ditunjukkan oleh:
a. Pengulangan kata/kelompok kata kunciataudisebutrepetisi.
b. Penggantian kata/kelompok kata atausubtitusi.
c. Pengulangan kata/kelompok kata atautransisi.
d. Hubunganimplisitataupenghilangan kata/kelompok kata tertentuatau ellipsis.
Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa adanya kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat atau kejanggalan yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya, atau tidak membingungkan bagi pembaca. Kepaduan bergantung dari penyusunan kalimat dan gagasan, sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antar bgaian-bagian tersebut. Jika sebuah paragraf tidak memliki kepaduan, maka pembaca seolah-olah hanya menghadapi suatu kelompok kalimat yang masing-masing berdiri dan tidak berhubungan dengan yang lain atau masing-masing dengan gagasannya sendiri dan bukan suatu uraian yang berhubungan.
Pendeknya suatu paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengn loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian yang tidak logis dan tidak lagi berpusat kepada pokok utama tadi.
Dengan demikian kalimat-kalimat dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat yang dapat berdiri sendiri. Kalimat-kalimat tersebut harus mempunyai hubungan timbal balik, artinya kalimat pertama berhubungan dengan kalimat kedua, kalimat kedua berhubungan dengan kalimat ketiga, demikian seterusnya. Koherensi suatu paragraf dapat ditunjukkan oleh:
a. Pengulangan kata/kelompok kata kunciataudisebutrepetisi.
b. Penggantian kata/kelompok kata atausubtitusi.
c. Pengulangan kata/kelompok kata atautransisi.
d. Hubunganimplisitataupenghilangan kata/kelompok kata tertentuatau ellipsis.
3. Kejelasan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil penunjang) dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutanruang (spasial), urutan proses, contoh-contoh dengan detail fakta.
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimt penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil penunjang) dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutanruang (spasial), urutan proses, contoh-contoh dengan detail fakta.
Sumber : http://oktasiusblogger.blogspot.co.id/2015/05/syarat-syarat-pembentukan-paragraf.html
D. Kalimat
Topik & Peletakannya
Gagasan atau pendapat dapat dikemukakan secara
lisan dan tertulis. Pada prinsipnya penyampaian gagasan atau pendapat secara
lisan dan tulis hampir tidak berbeda. Dalam mengemukakan pendapat diperlukan
rumusan ide pokok yang jelas dan ide pendukung yang memadai. Mengemukakan
pendapat secara tertulis dalam bentuk paragraf-paragraf perlu menggunakan cara
pengaturan ide pokok dan ide pendukung yang baik. Untuk itu ikutilah
tahap-tahap cara mengemukakan pendapat secara tertulis berikut ini.
A. Menulis Kalimat Topik
Berdasarkan isinya, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf dapat dibedakan menjadi kalimat topik dan penjelas. Kalimat topik sering juga disebut kalimat utama, kalimat pokok, kalimat sentral dan juga kalimat tesis. Kalimat ini merupakan kalimat yang sangat penting, karena berisi ide pokok paragraf. Kalimat ini sebagai pusat kalimat-kalimat yang lain dalam paragraf tersebut. Rumusan kalimat topik harus mengandung dua unsur pokok, yaitu topik dan pembatas. Secara sederhana kalimat topik dapat dibuatkan rumus sebagai berikut.
A. Menulis Kalimat Topik
Berdasarkan isinya, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf dapat dibedakan menjadi kalimat topik dan penjelas. Kalimat topik sering juga disebut kalimat utama, kalimat pokok, kalimat sentral dan juga kalimat tesis. Kalimat ini merupakan kalimat yang sangat penting, karena berisi ide pokok paragraf. Kalimat ini sebagai pusat kalimat-kalimat yang lain dalam paragraf tersebut. Rumusan kalimat topik harus mengandung dua unsur pokok, yaitu topik dan pembatas. Secara sederhana kalimat topik dapat dibuatkan rumus sebagai berikut.
Kalimat
Topik = Topik + Pembatas
Topik
merupakan kata atau frasa kunci yang berisi pokok pembicaraan yang dikembangkan
dalam paragraf. Biasanya, topik itu mencakup masalah yang sangat luas. Oleh
sebab itu, topik perlu dibatasi. Tanpa dibatasi, topik tidak mungkin dapat
diterangkan dengan hanya satu paragraf. Oleh sebab itu, pembatas dalam kalimat
topik sangat diperlukan. Dalam paragraf pembatas berfungsi untuk pemersempit
cakupan topik. Topik yang telah dibatasi itu dinamakan kalimat topik.
Tentukan bagian yang menyatakan topik dan
pembatas pada kalimat berikut!
(1) Meyontek tidak baik dilakukan oleh siswa.
(2) Emas mempunyai dua kegunaan penting.
(3) Kadar asam yang tinggi sangat berbahaya bagi kehidupan dan lingkungan.
(4) Barang-barang koleksi dapat dikelompokkan menjadi perpustakaan empat macam.
(5) Bahasa Indonesia banyak memungut kata-kata dari bahasa daerah.
(6) Harga tanah sekarang membumbung terus.
(7) Kenakalan remaja itu perlu diatasi dengan bijaksana.
(8) Krisis ekonomi di negara kita harus dipulihkan kembali secara bersama-sama.
(9) Penegakan hukum tidak hanya bergantung pada polisi.
(10) Setiap orang mempunyai kewajiban dalam memperthankan negaranya.
(1) Meyontek tidak baik dilakukan oleh siswa.
(2) Emas mempunyai dua kegunaan penting.
(3) Kadar asam yang tinggi sangat berbahaya bagi kehidupan dan lingkungan.
(4) Barang-barang koleksi dapat dikelompokkan menjadi perpustakaan empat macam.
(5) Bahasa Indonesia banyak memungut kata-kata dari bahasa daerah.
(6) Harga tanah sekarang membumbung terus.
(7) Kenakalan remaja itu perlu diatasi dengan bijaksana.
(8) Krisis ekonomi di negara kita harus dipulihkan kembali secara bersama-sama.
(9) Penegakan hukum tidak hanya bergantung pada polisi.
(10) Setiap orang mempunyai kewajiban dalam memperthankan negaranya.
B. Menentukan Keluasan Topik untuk sebuah Paragraf
Dalam paragraf, topik yang baik adalah topik yang tidak terlalu sempit dan juga tidak terlalu umum. Topik yang terlalu sempit dapat mempersulit penulis untuk mencari ide penjelasnya. Topik yang terlalu sempit sering menimbulkan masalah dalam mencari ide penjelas, yaitu kehabisan ide penjelas. Sebaliknya, topik yang terlalu umum tidak cukup dikembangkan hanya dengan sebuah paragraf. Topik yang umum dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan misalnya buku, artikel, esai dsb.
Dalam memilih topik paragraf hendaknya diperhatikan panjang paragraf. Topik yang cocok untuk paragraf biasanya dapat dikembangkan dengan menggunakan kata kurang lebih 150 kata. Dengan kata sebanyak itu, topik dapat diterangkan dengan tuntas. Ketuntasan keterangan ditandai dengan tidak adanya pertanyaan di hati para pembaca setelah membaca paragraf tersebut. Topik yang cocok untuk menulis paragraf adalah topik yang cakupan atau keluasannya terbatas. Topik yang cakupannya terbatas itu disebut topik terbatas.
Dalam paragraf, topik yang baik adalah topik yang tidak terlalu sempit dan juga tidak terlalu umum. Topik yang terlalu sempit dapat mempersulit penulis untuk mencari ide penjelasnya. Topik yang terlalu sempit sering menimbulkan masalah dalam mencari ide penjelas, yaitu kehabisan ide penjelas. Sebaliknya, topik yang terlalu umum tidak cukup dikembangkan hanya dengan sebuah paragraf. Topik yang umum dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan misalnya buku, artikel, esai dsb.
Dalam memilih topik paragraf hendaknya diperhatikan panjang paragraf. Topik yang cocok untuk paragraf biasanya dapat dikembangkan dengan menggunakan kata kurang lebih 150 kata. Dengan kata sebanyak itu, topik dapat diterangkan dengan tuntas. Ketuntasan keterangan ditandai dengan tidak adanya pertanyaan di hati para pembaca setelah membaca paragraf tersebut. Topik yang cocok untuk menulis paragraf adalah topik yang cakupan atau keluasannya terbatas. Topik yang cakupannya terbatas itu disebut topik terbatas.
Sumber : https://yusuf182.wordpress.com/2010/09/04/18/
E. Pola
Pengembangan Paragraf
Pola pengembangan paragraf sendiri adalah suatu penalaran atau
pemikiran yang berdasarkan data untuk menarik suatu kesimpulan. Ada dua cara
penalaran untuk mengembangkan paragraf yaitu penalaran deduksi dan induksi. Di
bawah ini adalah pembahasan lebih lanjut mengenai pola-pola pengembangan
paragaf tersebut.1. Penalaran Deduksi
Penalaran deduksi adalah proses pengembangan paragraf dimana hal-hal umum dikemukakan terlebih dahulu kemudian selanjutnay didukung atau diperjelas dengan hal-hal khusus. Proses penalaran deduksi terbagi menjadi dua yakni silogisme dan entimen.
1.1 Silogisme
Proses penalaran silogisme adalah proses penarikan sebuah kesimpulan dengan menghubungkan dua pernyataan yang berlainan. Silogisme tersusun dari dua buah pernyataan yang disebut dengan premis mayor sebagai pernyataan umum, premis minor sebagai pernyataan khusus dan sebuah konklusi atau kesimpulan.
Rumus Silogisme
Premis mayor : Semua A = B
Premis minor : C = A
Kesimpulan : C = B
Silogisme sendiri terbagi menjadi 3 jenis silogisme yaitu:
A. Silogisme kategorial
Proses silogisme ini tersusun oleh premis mayor, minor dan kesimpulan yang bersifat kategoris.
Contoh:
P1 = Semua karyawan bergelar sarjana
P2 = Budi adalah karyawan
K= Budi bergelar sarjana
P1 = Semua binatang berkaki empat mamalia
P2= Kambing memiliki 4 kaki
K = Kambing termasuk mamalia
B. Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berproposisi conditional hipotesis, yaitu bila premis minor menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen, begitu juga dengan sebaliknya.
Contoh:
P1 = Jika tidak ada oksigen, makhluk hidup mati
P2 = Oksigen tidak ada
K = Jadi, makhluk hidup mati
P1 = Jika ada uang Budi membeli motor baru
P2 = Budi ada uang
K = Jadi, Budi membeli motor baru
C. Silogisme alternative
Silogisme alternative premis mayornya berupa proposisi alternative. Bila premis minornya membenarkan salah satu dari alternative yang ada, maka kesimpulannya akan menolak alterantif lainnya.
Contoh:
P1 = Budi sedang bermain di tempat Ani atau Joko
P2 = Budi bermain bersama Ani
K = Jadi, Budi tidak bermain dengan Joko
P1 = Ayah ingin menanam Bungan mawar atau melati
P2 = Ayah menanam bunga mawar
K = Jadi, ayah tidak menanam bunga melati
Sumber : http://www.kelasindonesia.com/2015/04/penjelasan-pola-pengembangan-paragraf-dalam-bahasa-indonesia.html
Komentar
Posting Komentar